Beranda | Artikel
Beberapa Tuntunan Seputar Sholat Iedul Fitri
Rabu, 16 September 2009

Berikut ini sebagian tuntunan ibadah sholat ied yang bisa kami kumpulkan, semoga bermanfaat bagi kita semua. Apabila masih ada kesempatan insyaAllah kami akan melengkapinya dengan keterangan-keterangan lainnya. Semoga Allah memberikan taufik kepada kita untuk mengamalkannya.

[1] Perempuan haid pun diperintahkan untuk menyaksikannya
Dari Ummu Athiyah radhiyallahu’anha, beliau menuturkan,

أَمَرَنَا – تَعْنِى النَّبِىَّ -صلى الله عليه وسلم- – أَنْ نُخْرِجَ فِى الْعِيدَيْنِ الْعَوَاتِقَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ وَأَمَرَ الْحُيَّضَ أَنْ يَعْتَزِلْنَ مُصَلَّى الْمُسْلِمِينَ.

“Beliau -maksudnya Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam- memerintahkan kepada kami untuk mengeluarkan pada dua hari raya para gadis yang baru menginjak dewasa dan perempuan-perempuan yang sedang dalam pingitan. Hanya saja beliau memerintahkan agar perempuan yang sedang haid untuk berada di tempat yang terpisah dari tempat sholat kaum muslimin.” (HR. Muslim)

[2] Tidak boleh mengenakan busana yang memamerkan aurat
Dari Ummu Athiyah radhiyallahu’anha, beliau menuturkan,

أَمَرَنَا رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَنْ نُخْرِجَهُنَّ فِى الْفِطْرِ وَالأَضْحَى الْعَوَاتِقَ وَالْحُيَّضَ وَذَوَاتِ الْخُدُورِ فَأَمَّا الْحُيَّضُ فَيَعْتَزِلْنَ الصَّلاَةَ وَيَشْهَدْنَ الْخَيْرَ وَدَعْوَةَ الْمُسْلِمِينَ. قُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ إِحْدَانَا لاَ يَكُونُ لَهَا جِلْبَابٌ قَالَ « لِتُلْبِسْهَا أُخْتُهَا مِنْ جِلْبَابِهَا ».

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan kepada kami pada hari raya Iedul Fithri dan Iedul Ad-ha untuk mengeluarkan para gadis yang baru menginjak dewasa, perempuan-perempuan haid, dan para perempuan yang sedang dalam pingitan. Adapun perempuan yang sedang haid mereka tidak ikut mengerjakan sholat namun tetap ikut menyaksikan kebaikan dan doa kaum muslimin. Maka aku -Ummu Athiyah- berkata, ‘Wahai Rasulullah, salah seorang di antara kami tidak punya jilbab, bagaimana?’. Beliau menjawab, ‘Salah seorang saudarinya hendaknya meminjamkan jilbabnya untuk dikenakan olehnya’.” (HR. Muslim)

[3] Sarapan sebelum berangkat sholat
Dari Anas radhiyallahu’anhu, beliau menuturkan,

كَانَ رَسُولُ الله صَلى اللهُ عَلَيْه وَ سَلم لاَ يَغْدُو يَوْمَ الفطْر حَتى يَأْكُلَ تَمَرَات

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam biasanya tidak berangkat -menuju tanah lapang- pada hari raya Iedul Fithri sampai beliau menyantap beberapa butir kurma.” (HR. Bukhari)

[4] Berangkat ke tanah lapang dengan berjalan kaki
Dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu’anhu, beliau berkata,

منَ السنة أَنْ تَخْرُجَ إلى الْعيد مَاشيا وَأَنْ تَأْكُلَ شَيْئًا قَبْلَ أَنْ تَخْرُجَ

“Termasuk perkara yang disunnahkan yaitu hendaknya kamu berangkat menuju Ied dengan berjalan kaki dan seyogyanya kamu makan sesuatu (sarapan) sebelum berangkat -ke tanah lapang, pent-.” (HR. Tirmidzi, dinilai hasan oleh at-Tirmidzi dan al-Albani)

[5] Tanpa didahului adzan dan iqomat
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu’anhuma, beliau menuturkan:

شَهِدْتُ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الصَّلاَةَ يَوْمَ الْعِيدِ فَبَدَأَ بِالصَّلاَةِ قَبْلَ الْخُطْبَةِ بِغَيْرِ أَذَانٍ وَلاَ إِقَامَةٍ

“Aku ikut serta melakukan sholat pada hari raya Ied bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau memulai dengan sholat sebelum berkhutbah tanpa adzan dan tanpa iqomat.” (HR. Muslim)

[6] Tidak perlu mengumandangkan seruan ‘as-Sholatu jami’ah’
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu’anhuma, beliau menuturkan,

لاَ أَذَانَ لِلصَّلاَةِ يَوْمَ الْفِطْرِ حِينَ يَخْرُجُ الإِمَامُ وَلاَ بَعْدَ مَا يَخْرُجُ وَلاَ إِقَامَةَ وَلاَ نِدَاءَ وَلاَ شَىْءَ لاَ نِدَاءَ يَوْمَئِذٍ وَلاَ إِقَامَةَ

“Tidak ada adzan untuk sholat pada hari raya Iedul Fithri di saat imam keluar -ke tempat sholat- dan tidak pula di saat sesudah dia keluar. Tidak ada iqomat, tidak ada panggilan, dan sama sekali tidak ada seruan apa-apa. Di hari itu tidak ada panggilan/adzan dan tidak pula ada iqomat.” (HR. Muslim)

[7] Sholat Ied sebelum khutbah
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, beliau menuturkan:

شَهِدْتُ صَلاَةَ الْفِطْرِ مَعَ نَبِىِّ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- وَأَبِى بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ فَكُلُّهُمْ يُصَلِّيهَا قَبْلَ الْخُطْبَةِ ثُمَّ يَخْطُبُ

“Aku ikut menyaksikan sholat Iedul Fitri bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakr, Umar, dan Utsman. Mereka semua melaksanakan sholat Ied sebelum khutbah, kemudian setelah itu baru berceramah.” (HR. Muslim)

[8] Takbir 7x di raka’at pertama -selain takbiratul ihram- dan 5x di raka’at kedua
Dari ‘Aisyah radhiyallahu’anha, beliau menuturkan,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يُكَبِّرُ فِى الْفِطْرِ وَالأَضْحَى فِى الأُولَى سَبْعَ تَكْبِيرَاتٍ وَفِى الثَّانِيَةِ خَمْسًا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dahulu bertakbir dalam sholat Iedul Fithri dan Iedul Ad-ha pada raka’at pertama tujuh kali takbir sedangkan pada raka’at kedua lima kali.” (HR. Abu Dawud, dinilai sahih oleh al-Albani)

[9] Tidak ada sholat sunnah qabliyah dan ba’diyah
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu’anhuma, beliau menuturkan,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- خَرَجَ يَوْمَ أَضْحَى أَوْ فِطْرٍ فَصَلَّى رَكْعَتَيْنِ لَمْ يُصَلِّ قَبْلَهَا وَلاَ بَعْدَهَا

“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar -ke tanah lapang- pada hari raya Iedul Ad-ha atau Iedul Fithri kemudian beliau mengerjakan sholat Ied sebanyak dua raka’at tanpa didahului sholat sebelumnya maupun sesudahnya.” (HR. Muslim)

[10] Tidak perlu repot-repot menggunakan mimbar
Dari Abu Sa’id al-Khudri radhiyallahu’anhu, beliau menuturkan,

فَأَولُ شَيْيء يُبْدَأُ به الصلاةُ ثُم يَنْصَرفُ فَيَقُوْمُ مُقَابلَ الناس وَالناسُ جُلُوسٌ عَلَى صُفُوفهمْ فَيَعظُهُمْ وَيُوْصيهمْ وَيَأْمُرُهُمْ

“Yang pertama kali dilakukan oleh belliau -Nabi- (setelah sampai di tempat sholat, pent) adalah mengerjakan sholat Ied. Kemudian beliau berpaling ke belakang dan berdiri menghadap orang-orang, sedangkan orang-orang masih dalam posisi duduk di shaf mereka masing-masing. Kemudian beliau memberikan nasehat untuk mereka, menyampaikan pesan dan perintah kepada mereka.” (HR. Bukhari dan Muslim)

[11] Khutbah yang berisi nasehat dan peringatan
Dari Jabir bin Abdullah radhiyallahu’anhuma, beliau menuturkan:

ثُمَّ قَامَ مُتَوَكِّئًا عَلَى بِلاَلٍ فَأَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ وَحَثَّ عَلَى طَاعَتِهِ وَوَعَظَ النَّاسَ وَذَكَّرَهُمْ

“…Kemudian beliau berdiri (untuk berkhutbah, pent) sembari berpegangan pada tangan Bilal. Lantas beliau memerintahkan untuk bertakwa kepada Allah, mendorong -umat- agar taat kepada-Nya, memberikan nasehat kepada orang-orang serta peringatan bagi mereka.” (HR. Muslim)

[12] Menempuh jalan pulang yang berbeda
Dari Jabir radhiyallahu’anhu, beliau menuturkan,

كَانَ النبي صَلى اللهُ عَلَيْه وَ سَلمَ إذَا كَانَ يَوْمَ عيْد خَالَفَ الطريْقَ

“Kebiasaan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam pada hari raya Ied adalah menempuh jalan yang berbeda -antara berangkat dan pulangnya, pent-.” (HR. Bukhari)


Artikel asli: http://abumushlih.com/beberapa-tuntunan-seputar-sholat-iedul-fitri.html/